Kamis, 27 Maret 2014

Memilih Indukan Perkutut

Keturunan yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk yang baik belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti ini agaknya sangat dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemilihan induk harus dilakukan secermat mungkin. Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini ada baiknya jika uraian berikut dipahami oleh peternak.

A.    Memilih Jantan dan Betina

Kemampuan membedakan jenis kelamin perkutut mutlak diperlukan oleh peternak. Bagi peternak yang sudah berpengalaman, tidak perlu waktu lama untuk menentukan jenis kelamin perkutut. Bahkan, dengan sekilas melihat fisik perkutut, dapat segera ditentukan jantan atau betina perkutut tersebut. Meskipun demikian, ini hanya bisa dilakukan untuk perkutut yang telah menampakkan kedewasaan fisik, kira-kira telah berumur 9 bulan. Pada umur ini, perkutut siap ditangkarkan. Berikut adalah ciri-ciri perkutut jantan dan betina yang telah dewasa.

1.     Ciri-ciri perkutut jantan

Tanpa pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan perkutut jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti diperhatikan, seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut betina. Perkutut jantan mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tebal dan bulat sehingga sorot matanya menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya ialahpupur (bulu putih keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh kepala, kepala tipis, dan ekor panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain itu, perkutut jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung (ciri ini agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib besar daripada perkutut betina.
Perkutut jantan juga bisa ditandai dari perilaku seksualnya. Setelah dewasa kelamin, perkutut jantan akan menampakkan perilaku seksual yang khas jika berdekatan dengan betina, yaitu berbunyi sambil menganggukkan kepala di dekat seekor betina.

2.     Ciri-ciri perkutut betina

Perkutut betina memiliki raut wajah sayu. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tipis sehingga sorot matanya terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan. Selain itu, pupur tidak lebih dari separuh bagian kepala (sehingga warna bulu kepalanya terkesan gelap), kepala kecil dan bundar, paruh lurus, serta ekor pendek. Jika dilihat secara keseluruhan, ukuran tubuhnya tampak lebih kecil daripada perkutut jantan.


B.    Memilih Induk yang Bersuara Bagus

Bagi orang awam yang belum pernah memelihara perkutut, suara semua perkutut pasti dianggap sama. Sepintas lalu memang demikian. Namun, jika didengar dengan seksama, setiap perkutut ternyata memiliki suara khas yang berbeda dengan perkutut lainnya.
Bagi yang sudah terbiasa memperhatikan suara perkutut, kekhasan suara setiap perkutut dapat dengan mudah diketahui. Bahkan, mereka yang biasa memelihara perkutut, pasci bisa menandai satu suara perkutut di antara puluhan perkutut yang dipeliharanya tanpa harus melihat perkutut tersebut. Ini menandakan suara perkutut memang beragam.
Ragam suara perkutut dapat didengar pada suara depan, suara tengah, dan suara belakang. Ragam suara juga dapat diketahui melalui kejelasan jeda antara suara depan, tengah, dan belakang; tempo dari bunyi ke bunyi; bening tidaknya suara; serta kestabilan suara.
Mereka yang telinganya sudah terlatih mendengarkan suara perkutut akan mengatakan, “Tidak ada perkutut yang bersuara sama. Yang ada hanya kemiripan suara.”
Suara perkutut yang didengar oleh telinga manusia jika disederhanakan menjadi tulisan, kira-kira terbaca “Hur…ketek…kuk”. Ada juga   yang   berbunyi   “Wao…ketek…kung”   atau   “Klao/kleo… ketek…kung”.
Suara hur, wao, atau klao/kleo disebut suara depan. Suara depan ini sangat bervariasi: ada yang terdengar panjang, sedang, dan pendek.
Suara ketek disebut suara tengah. Suara ini juga bervariasi: ada yang satu kali, satu setengah kali, dua kali, dan sebagainya. Perkutut yang suara tengahnya satu kali kalau berbunyi kira-kira terdengar “Hur…ketek…kuk”. Yang satu setengah kali terdengar “Hur… ketepek…kuk”. Yang dua kali terdengar “Hur…ketek-ketek…kuk”.
Suara kuk atau kung disebut suara belakang. Suara belakang ini pun juga bervariasi: ada yang pendek, ada yang panjang berdengung, dan sebagainya.
Induk yang dipilih, baik jantan atau betina, sebisa mungkin memenuhi kriteria suara yang bagus. Suara perkutut dikatakan bagus jika memenuhi kriteria berikut.:

1) Memperdengarkan suara depan (klao atau kleo) yang panjang.
2) Memperdengarkan suara tengah tebal dan jelas.
3) Memperdengarkan suara belakang (kung) panjang berdengung.
4) Memiliki jeda yang jelas antara suara  depan,  tengah,  dan belakang.
5) Antara satu suara dengan suara berikutnya bertempo tetap.
6) Suara terdengar bening (kristal), bergema, dan tidak terhambat.
7) Memperdengarkan  suara  yang  stabil,   tidak   terpengaruh  oleh perubahan suasana lingkungan.

Jika seekor perkutut dapat memperdengarkan suara yang memenuhi kriteria seperti itu, burung tersebut dapat dibilang bagus. Jarang sekali perkutut yang dapat memenuhi semua kriteria tersebut. Oleh karena itu, burung yang mampu memenuhi kriteria seperti itu pasti berharga sangat mahal. Demikian juga dengan keturunannya.
Meskipun tidak 100% suara induk diwariskan ke keturunannya, pembeli akan tetap mendengarkan suara induk sebelum membeli keturunannya.  Paling  tidak  induk  yang  bersuara  bagus juga  akan mengangkat harga keturunannya.

C.    Pentingnya Mengetahui Garis Keturunan

Keturunan perkutut yang bersuara bagus selalu berharga mahal. Itulah sebabnya peternak selalu mencari induk berkualitas agar keturunannya berharga mahal. Induk yang berkualitas ini umumnya memiliki keistimewaan di suara meskipun belum tentu juara dalam konkurs. Induk yang berkualitas biasanya juga memiliki hubungan darah dengan perkutut-perkutut juara.
Hubungan darah, garis keturunan, atau silsilah inilah yang perlu diketahui oleh peternak. Meskipun suaranya tak begitu bagus, seekor perkutut bisa dipilih sebagai induk jika memiliki hubungan darah dengan perkutut juara. Adanya hubungan darah ini membuat perkutut bersangkutan memiliki peluang menghasilkan keturunan bersuara bagus.
Meskipun belum bisa diungkap secara ilmiah, suara perkutut memang diwariskan ke keturunannya. Perkutut yang menang dalam konkurs selalu berasal dari induk yang kualitasnya prima. Tidak ada perkutut bersuara bagus yang berasal dari induk asal comot (ambil). Kalaupun ada, itu merupakan suatu keberuntungan. Jika dirunut, nenek moyang induk asal comot yang menghasilkan keturunan bagus pasti juga berkualitas prima. Hanya saja, tak ada yang mengetahuinya.
Induk yang berkualitas memang tidak selalu menghasilkan anak yang berkualitas. Adakalanya keturunan yang baik baru bisa diperoleh setelah induk menghasilkan beberapa keturunan. Inilah yang membuat bisnis peternakan perkutut menjadi semakin mengasyikkan. Adanya kemungkinan memperoleh keturunan yang berkualitas inilah yang membuat peternak selalu penasaran untuk mendapatkannya.
Dengan mengetahui garis keturunan atau silsilah perkutut, peternak dapat memperkirakan atau paling tidak mempunyai harapan pasangan perkututnya kelak akan menghasilkan keturunan yang berkualitas.

D.   Jangan Memilih yang Cacat Fisik

Secara fisik, perkutut yang akan dijadikan induk harus normal. Jika tidak diperhatikan dengan cermat, cacat fisik kadang tidak tampak. Cacat baru tampak setelah induk berada di sangkar penangkaran.
Mata buta, kelopak mata tidak simetris, kelopak mata tidak menutup sempurna, dan jari kaki putus merupakan cacat fisik yang paling mudah diamati. Dengan melihat sepintas, cacat fisik seperti ini akan ketahuan.
Lain halnya jika cacat fisiknya adalah pincang, sayap terkulai, atau tulang dada bengkok. Cacat seperti ini memerlukan pengamatan yang lebih seksama untuk mengetahuinya. Perkutut yang pincang terlihat pada saat berjalan. Oleh karena itu, perlu diamati pada saat berjalan. Sayap yang terkulai terlihat jelas pada saat perkutut tidak melakukan aktivitas gerak. Pada saat diam, sayap yang normal terlihat rapat ke tubuh. Tulang dada yang bengkok baru kelihatan jika dada perkutut diraba dengan jari.

E.    Jangan Memilih Induk Hasil Tangkapan dari Alam

Sekarang ini perkutut peliharaan yang berasal dari tangkapan di alam lebih sedikit daripada yang berasal dari hasil penangkaran. Alasannya, perkutut hasil tangkapan dari alam suaranya kurang bagus. Meskipun demikian, tetap saja ada penjual burung yang menjual perkutut tangkapan dari alam.
Meskipun harganya sangat murah, untuk tujuan penangkaran di sangkar kecil, jangan sekali-kali memilih perkutut tangkapan dari alam sebagai induk. Burung hasil tangkapan memiliki perilaku liar. Dalam sangkar kecil, burung seperti ini sulit berkembang biak.

Lebih baik jika memilih burung hasil penangkaran. Perkutut hasil penangkaran lebih terbiasa dengan manusia dan sudah terbiasa berkembang biak dalam kandang. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika perkutut ini ditangkarkan di dalam sangkar kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar