Selasa, 25 Maret 2014

Hasil crossing suara perkutut

Dalam beternak perkutut tentunya kita mempunyai tujuan hasil yang ingin dicapai. Dalam 

menentukan target harus berdasarkan pada modal yang kita miliki yaitu kualitas indukannya. Dari 

hasil pantauan lebih dari 50 pasangan perkutut dari farm sendiri dan bird farm kawan-kawan, 

didapatkan kenyataan bahwa hasil yang didapatkan 95 % diturunkan dari kedua induknya (bukan 

dari darah, kakek/nenek ataupun paman tetapi dari kualitas individu), hal ini sesuai dengan 

metode yang dipakai oleh breeders berbagai macam hewan maupun ternak di dunia yang 

menganut metode pemilihan indukan berkualitas (individual selection) dan bukan family selection 

atau blood line selection.

 
Metode ini mempunyai tingkat kemelesetan yang jauh lebih rendah dibandingkan metode family 

dan blood line selection.
Selain indukan yang berkualitas, juga diperlukan crossing yang tepat yaitu pemilihan indukan  

yang jantan dan betinanya memiliki suara yang cocok, yang mempunyai kombinasi yang baik 

yang mungkin diturunkan kepada anak-anaknya.

Setelah memenuhi kriteria kualitas individu yang baik / memiliki kelebihan  (tentunya disesuaikan 

dengan keuangan) dan crossing yang tepat maka berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian, 

kemungkinan kualitas anak dapat dihitung seperti di bawah ini :
 
  Dalam penilaian mutu suara dikenal 5 kategori yaitu mutu untuk suara depan, tengah, 

belakang, latar dan irama yang masing-masing nilai maksimal adalah 9, total 45. Untuk 

memudahkan ilustrasi perhitungan kemungkinan, kita anggap penilaian dalam angka 5 s/d 9. 

Rumus yang didapat : 

Mutu suara anak telur 1 +  suara seteluran-nya  = Mutu suara jantan + Betina

Mutu suara anak telur 2 + suara seteluran-nya  = Mutu suara jantan + Betina

 Dalam setiap kali bertelur, seekor induk betina bertelur 2 butir.

Dalam perhitungan, misalnya :

Kualitas Induk Jantan  7,5 

Kualitas Induk Betina   8,1

Maka hasil yang didapat pada umumnya :

                                                   Piyik dari Telur I             Piyik dari telur II             Total

Tetasan pertama :                  7.6                                  8.0                        15.6

Tetasan ke dua    :                  7.8                                 7.8                        15.6

Tetasan ke tiga    :                  8.3                                7.3                         15.6 

Tetasan berikutnya :           7.2 s/d 8.4                   7.2 s/d 8.4                   15.6 


Dari simulasi berdasarkan rumus yang didapat berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan sebagai  

berikut :
 

1. Kualitas indukan menentukan kualitas piyik yang dihasilkan.
 
2. Hasil piyik bisa bervariasi, dengan mutu di atas atau dibawah mutu indukkan. Tetapi perbedaan di 

atas atau dibawah mutu indukan mempunyai batas tertentu.
 
3. Dengan crossing yang benar, maka didapat piyik yang kualitasnya lebih baik dan lebih rendah dari 

suara indukan, sehingga piyik yang kualitasnya lebih baik dari indukan bisa dipakai sebagai indukan 

yang bisa menghasilkan piyik yang lebih baik. 

 
Kemungkinan Kombinasi mutu pada anak tersebut dapat diuraikan sbb :
 

1. Mirip induk jantan atau betinanya.
 
2. Mewarisi kekurangan induk jantan dan kelebihan betina atau sebaliknya
 
3. Mewarisi kelebihan induk jantan dan betina.
 
4. Mewarisi kekurangan induk jantan dan betina.

 
Kemungkinan variasi ini sesuai dengan hukum Mendel. Dan kemungkinan mana yang paling mungkin 

muncul banyak tergantung dari berbagai faktor baik yang internal maupun eksternal:
 
1. Pengaruh kekuatan gen, sangat menentukan munculnya mutu induk yang memiliki gen dominan 

(kuat) terhadap induknya yang memiliki gen resesif (lemah)
 
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi, misalnya gizi makanan, kebersihan dan sinar matahari. Pada 

perkutut dewasa, pengaruh perawatan yang buruk termasuk gizi makanan, sinar matahari dan 

kebersihan dapat menyebabkan perubahan mutu suara misalnya menurunnya tingkat kestabilan suara 

atau menurunnya step dari double menjadi sari atau bahkan dari double menjadi engkel. Disebabkan 

faktor eksternal tersebut dapat menyebabkan perubahan dan penurunan pada perkutut dewasa maka 

faktor eksternal tersebut dapat pula mempengaruhi mutu piyikan yang dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar