Keturunan
yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk yang baik
belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti ini agaknya sangat
dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemilihan
induk harus dilakukan secermat mungkin. Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini
ada baiknya jika uraian berikut dipahami oleh peternak.
A.
Memilih Jantan dan Betina
Kemampuan
membedakan jenis kelamin perkutut mutlak diperlukan oleh peternak. Bagi
peternak yang sudah berpengalaman, tidak perlu waktu lama untuk menentukan
jenis kelamin perkutut. Bahkan, dengan sekilas melihat fisik perkutut, dapat
segera ditentukan jantan atau betina perkutut tersebut. Meskipun demikian, ini
hanya bisa dilakukan untuk perkutut yang telah menampakkan kedewasaan fisik,
kira-kira telah berumur 9 bulan. Pada umur ini, perkutut siap ditangkarkan.
Berikut adalah ciri-ciri perkutut jantan dan betina yang telah dewasa.
1.
Ciri-ciri perkutut jantan
Tanpa
pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan perkutut
jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti diperhatikan,
seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut betina. Perkutut jantan
mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit yang mengelilingi mata terlihat
tebal dan bulat sehingga sorot matanya menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya
ialahpupur (bulu putih keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh
kepala, kepala tipis, dan ekor panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala
perkutut jantan terlibat lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain
itu, perkutut jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung
(ciri ini agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib
besar daripada perkutut betina.
Perkutut
jantan juga bisa ditandai dari perilaku seksualnya. Setelah dewasa kelamin,
perkutut jantan akan menampakkan perilaku seksual yang khas jika berdekatan
dengan betina, yaitu berbunyi sambil menganggukkan kepala di dekat seekor
betina.
2.
Ciri-ciri perkutut betina
Perkutut
betina memiliki raut wajah sayu. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tipis
sehingga sorot matanya terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan.
Selain itu, pupur tidak lebih dari separuh bagian kepala
(sehingga warna bulu kepalanya terkesan gelap), kepala kecil dan bundar, paruh
lurus, serta ekor pendek. Jika dilihat secara keseluruhan, ukuran tubuhnya
tampak lebih kecil daripada perkutut jantan.
B.
Memilih Induk yang Bersuara Bagus
Bagi orang awam
yang belum pernah memelihara perkutut, suara semua perkutut pasti dianggap
sama. Sepintas lalu memang demikian. Namun, jika didengar dengan seksama,
setiap perkutut ternyata memiliki suara khas yang berbeda dengan perkutut
lainnya.
Bagi yang
sudah terbiasa memperhatikan suara perkutut, kekhasan suara setiap perkutut
dapat dengan mudah diketahui. Bahkan, mereka yang biasa memelihara perkutut,
pasci bisa menandai satu suara perkutut di antara puluhan perkutut yang
dipeliharanya tanpa harus melihat perkutut tersebut. Ini menandakan suara
perkutut memang beragam.
Ragam
suara perkutut dapat didengar pada suara depan, suara tengah, dan suara
belakang. Ragam suara juga dapat diketahui melalui kejelasan jeda antara suara
depan, tengah, dan belakang; tempo dari bunyi ke bunyi; bening tidaknya suara;
serta kestabilan suara.
Mereka
yang telinganya sudah terlatih mendengarkan suara perkutut akan mengatakan,
“Tidak ada perkutut yang bersuara sama. Yang ada hanya kemiripan suara.”
Suara
perkutut yang didengar oleh telinga manusia jika disederhanakan menjadi tulisan,
kira-kira terbaca “Hur…ketek…kuk”. Ada juga yang
berbunyi “Wao…ketek…kung” atau “Klao/kleo…
ketek…kung”.
Suara hur,
wao, atau klao/kleo disebut suara depan. Suara depan
ini sangat bervariasi: ada yang terdengar panjang, sedang, dan pendek.
Suara ketek disebut
suara tengah. Suara ini juga bervariasi: ada yang satu kali, satu setengah
kali, dua kali, dan sebagainya. Perkutut yang suara tengahnya satu kali kalau
berbunyi kira-kira terdengar “Hur…ketek…kuk”. Yang satu setengah kali terdengar
“Hur… ketepek…kuk”. Yang dua kali terdengar “Hur…ketek-ketek…kuk”.
Suara kuk atau kung disebut
suara belakang. Suara belakang ini pun juga bervariasi: ada yang pendek, ada
yang panjang berdengung, dan sebagainya.
Induk
yang dipilih, baik jantan atau betina, sebisa mungkin memenuhi kriteria suara
yang bagus. Suara perkutut dikatakan bagus jika memenuhi kriteria berikut.:
1)
Memperdengarkan suara depan (klao atau kleo) yang panjang.
2)
Memperdengarkan suara tengah tebal dan jelas.
3)
Memperdengarkan suara belakang (kung) panjang berdengung.
4)
Memiliki jeda yang jelas antara suara depan, tengah, dan
belakang.
5) Antara
satu suara dengan suara berikutnya bertempo tetap.
6) Suara
terdengar bening (kristal), bergema, dan tidak terhambat.
7)
Memperdengarkan suara yang stabil,
tidak terpengaruh oleh perubahan suasana lingkungan.
Jika
seekor perkutut dapat memperdengarkan suara yang memenuhi kriteria seperti itu,
burung tersebut dapat dibilang bagus. Jarang sekali perkutut yang dapat
memenuhi semua kriteria tersebut. Oleh karena itu, burung yang mampu memenuhi
kriteria seperti itu pasti berharga sangat mahal. Demikian juga dengan
keturunannya.
Meskipun
tidak 100% suara induk diwariskan ke keturunannya, pembeli akan tetap
mendengarkan suara induk sebelum membeli keturunannya. Paling
tidak induk yang bersuara bagus juga akan
mengangkat harga keturunannya.
C.
Pentingnya Mengetahui Garis Keturunan
Keturunan
perkutut yang bersuara bagus selalu berharga mahal. Itulah sebabnya peternak
selalu mencari induk berkualitas agar keturunannya berharga mahal. Induk yang
berkualitas ini umumnya memiliki keistimewaan di suara meskipun belum tentu
juara dalam konkurs. Induk yang berkualitas biasanya juga memiliki hubungan
darah dengan perkutut-perkutut juara.
Hubungan
darah, garis keturunan, atau silsilah inilah yang perlu diketahui oleh
peternak. Meskipun suaranya tak begitu bagus, seekor perkutut bisa dipilih
sebagai induk jika memiliki hubungan darah dengan perkutut juara. Adanya
hubungan darah ini membuat perkutut bersangkutan memiliki peluang menghasilkan
keturunan bersuara bagus.
Meskipun
belum bisa diungkap secara ilmiah, suara perkutut memang diwariskan ke
keturunannya. Perkutut yang menang dalam konkurs selalu berasal dari induk yang
kualitasnya prima. Tidak ada perkutut bersuara bagus yang berasal dari induk
asal comot (ambil). Kalaupun ada, itu merupakan suatu
keberuntungan. Jika dirunut, nenek moyang induk asal comot yang
menghasilkan keturunan bagus pasti juga berkualitas prima. Hanya saja, tak ada
yang mengetahuinya.
Induk
yang berkualitas memang tidak selalu menghasilkan anak yang berkualitas.
Adakalanya keturunan yang baik baru bisa diperoleh setelah induk menghasilkan
beberapa keturunan. Inilah yang membuat bisnis peternakan perkutut menjadi
semakin mengasyikkan. Adanya kemungkinan memperoleh keturunan yang berkualitas
inilah yang membuat peternak selalu penasaran untuk mendapatkannya.
Dengan
mengetahui garis keturunan atau silsilah perkutut, peternak dapat memperkirakan
atau paling tidak mempunyai harapan pasangan perkututnya kelak akan
menghasilkan keturunan yang berkualitas.
D.
Jangan Memilih yang Cacat Fisik
Secara
fisik, perkutut yang akan dijadikan induk harus normal. Jika tidak diperhatikan
dengan cermat, cacat fisik kadang tidak tampak. Cacat baru tampak setelah induk
berada di sangkar penangkaran.
Mata
buta, kelopak mata tidak simetris, kelopak mata tidak menutup sempurna, dan
jari kaki putus merupakan cacat fisik yang paling mudah diamati. Dengan melihat
sepintas, cacat fisik seperti ini akan ketahuan.
Lain
halnya jika cacat fisiknya adalah pincang, sayap terkulai, atau tulang dada
bengkok. Cacat seperti ini memerlukan pengamatan yang lebih seksama untuk
mengetahuinya. Perkutut yang pincang terlihat pada saat berjalan. Oleh karena
itu, perlu diamati pada saat berjalan. Sayap yang terkulai terlihat jelas pada
saat perkutut tidak melakukan aktivitas gerak. Pada saat diam, sayap yang
normal terlihat rapat ke tubuh. Tulang dada yang bengkok baru kelihatan jika
dada perkutut diraba dengan jari.
E.
Jangan Memilih Induk Hasil Tangkapan dari Alam
Sekarang
ini perkutut peliharaan yang berasal dari tangkapan di alam lebih sedikit
daripada yang berasal dari hasil penangkaran. Alasannya, perkutut hasil
tangkapan dari alam suaranya kurang bagus. Meskipun demikian, tetap saja ada
penjual burung yang menjual perkutut tangkapan dari alam.
Meskipun
harganya sangat murah, untuk tujuan penangkaran di sangkar kecil, jangan
sekali-kali memilih perkutut tangkapan dari alam sebagai induk. Burung hasil
tangkapan memiliki perilaku liar. Dalam sangkar kecil, burung seperti ini sulit
berkembang biak.
Lebih
baik jika memilih burung hasil penangkaran. Perkutut hasil penangkaran lebih
terbiasa dengan manusia dan sudah terbiasa berkembang biak dalam kandang. Oleh
karena itu, tidak menjadi masalah jika perkutut ini ditangkarkan di dalam
sangkar kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar