Sepasang
perkutut yang telah berada di sangkar perkembangbiakan merupakan pasangan yang
siap berkembang biak. Jika dipelihara dengan benar, pasangan perkutut akan
segera kawin dan menghasilkan keturunan. Memelihara pasangan perkutut yang
sudah jodoh hingga berkembang biak bukan sesuatu yang sulit. Dengan menerapkan
hal-hal berikut ini perkutut dapat berkembang biak dengan normal.
A . Kebutuhan Pakan, Air Minum, Vitamin, dan Mineral
Pakan,
air, vitamin, dan mineral merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh
perkutut, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh ataupun fungsi
reproduksi. Pastikan vitamin burung dengan memberikan BirdVit,
sedangkan untuk mineral—juga bisa digunakan BirdMineral.
Dengan pemberian vitamin dan mineral itu, maka hanya dengan memberi pakan
berupa biji-bijian, perkutut yang diternakkan dalam kandang beralas tanah sudah
bisa hidup normal dan berkembang biak. Pentingnya mineral adalah karena tempat
beternak hanya berupa sangkar kecil sehingga tidak memungkinkan perkutut
mendapat tambahan mineral dari tanah. Artinya, unsur yang satu ini perlu
diberikan secara khusus. Hal ini perlu dilakukan karena dikhawatirkan dengan
mempercayakan pemenuhan kebutuhan terhadap mineral dari pakan saja dapat
memungkinkan terjadinya defisiensi mineral. Defisiensi ini bisa mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan tubuh dan proses perkembangbiakan.
1. Pakan yang diberikan
Perkurut
merupakan burung pemakan biji-bijian. Oleh karena itu, pakan yang diberikan
juga berupa biji-bijian. Biji milet, jewawut, ketan hitam, dan gabah bisa
diberikan kepada perkutut. Komposisinya tiga bagian milet selebihnya campuran
jewawut, ketan hitam, dan gabah dengan perbandingan sama.
Untuk
meningkatkan nilai gizi, campuran biji-bijian ini bisa dicampur dengan pakan
ayam petelur dengan perbandingan 4:1. Penambahan pakan ayam petelur dilakukan
hingga perkutut bertelur. Pada saat mengeram, cukup diberi pakan berupa
biji-bijian. Ketika telur sudah menetas, pakannya bisa ditambah pakan untuk
DOC (day old chiken, anak ayam umur sehari) dengan
perbandingan empat bagian pakan biji-bijian dan satu bagian pakan DOC. Pakan
ini diberikan selama perkutut mengasuh anak.
Pakan ini
diberikan dalam jumlah tidak terlalu banyak, kira-kira habis dimakan selama
sehari. Penambahan pakan sebaiknya tidak dilakukan ketika masih ada pakan yang
tersisa. Biasanya pakan yang tersisa merupakan pakan yang tidak disukai
perkutut. Jika ditambah dengan pakan baru, pakan yang tidak disukai tidak akan
pernah termakan. Amat sayang jika pakan yang tidak disukai ini merupakan pakan
yang nilai gizinya tinggi. Dengan tidak menambahkan pakan baru, pakan yang
tidak disukai terpaksa juga dimakan.
Pemberian
pakan sebenarnya bisa tiap tiga hari sekali. Jika ini dilakukan, kontrol
terhadap kesegaran pakan harus sangat diperhatikan. Jangan sampai ada pakan
yang busuk atau berjamur karena basah atau terkena kotoran. Pakan yang telah
busuk bisa menyebabkan burung sakit atau mati jika memakannya.
Pada.
saat pemberian pakan, wadah pakan harus dibersihkan. Jika perlu, dicuci hingga
bersih. Kebersihan wadah pakan merupakan salah satu pendukung kesehatan
perkutut. Penempatan wadah pakan harus dilakukan dengan pelan-pelan. Jangan
sampai melakukan gerakan yang mengakibatkan perkutut terkejut. Gerakan yang
mengejutkan akan membuat perkutut beterbangan menabrak-nabrak jeruji sangkar.
2. Air minum
Air oleh
perkutut hanya digunakan untuk minum. Perkutut bukan jenis burung yang
menggunakan air untuk membersihkan tubuhnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan
wadah yang terlalu luas untuk tempat air. Air yang diberikan pun tidak perlu
terlalu banyak, asalkan cukup untuk satu hari. Sepanjang air bisa dikonsumsi
oleh manusia maka air tersebut juga bisa diberikan ke perkutut, baik yang sudah
direbus ataupun belum. Untuk air yang sudah direbus, harus didinginkan terlebih
dahulu sebelum diberikan ke perkutut.
Air untuk
minum sebaiknya diganti setiap hari. Pada saat air diganti, wadah air minum
harus dibersihkan. Untuk sangkar yang ditempel agak tinggi, penggantian air
minum menjadi agak sulit. Paling tidak harus menurunkan sangkar terlebih
dahulu. Padahal, jika sangkar sering diturunkan, perkutut menjadi sering
terganggu.
Ada suatu
cara untuk mengatasi hal seperti ini. Dua buah botol plastik bekas kemasan
sampo atau sejenisnya bisa digunakan untuk mempermudah penggantian air minum
dan pembersihan wadahnya. Sebelum digunakan, botol harus bebas dari sisa-sisa
dan aroma sampo. Setelah benar-benar bersih, lubang botol dimasuki selang kecil
atau sedotan minuman. Panjang selang disesuaikan dengan ukuran botol. Yang
pasti selang yang berada diluar botol kira-kira sepanjang 20 cm.
Jika
botol akan digunakan sebagai alat untuk menuangkan air minum, selang dimasukkan
hingga ke dasar botol. Jika botol hanya digunakan sebagai sarana untuk membersihkan
wadah air minum, selang tidak perlu dimasukkan hingga ke dasar. Supaya antara
selang dan lubang botol tidak berongga, tepi lubang bisa ditutup dengan lem
plastik.
Botol
yang digunakan untuk membersihkan wadah air minum bekerja dengan cara menyedot
air berikut kotoran yang ada di dalam wadah air minum. Oleh karena itu, sebelum
digunakan botol ini harus dalam keadaan kosong dan bersih. Untuk membersihkan
wadah air minum, ujung selang dimasukkan dalam wadah tersebut. Selanjutnya
botol ditekan-tekan hingga udara yang keluar akan mengaduk-aduk air dalam wadah
minum. Air yang telah kotor bisa segera disedot ke dalam botol dengan cara
melepas tekanan pada botol. Setelah wadah air minum kosong dan bersih bisa
diisi dengan air baru dengan menggunakan botol untuk menuangkan air. Ujung
selang dimasukkan ke dalam wadah air minum, lalu botol ditekan. Air akan
mengalir memenuhi wadah air minum. Dengan bantuan alat seperti ini, pembersihan
wadah minum dan penggantian airnya bisa dilakukan dengan sangat mudah tanpa harus
menurunkan sangkar dari dinding dan mengeluarkan wadah yang akan dibersihkan.
3. Multivitamin dan mineral
Pengalaman
peternak menunjukkan bahwa pemberian multivitamin, misalnya BirdVit,
untuk burung kicauan juga bisa mempertahankan daya reproduksi perkutut tetap
tinggi. Mukivitamin ini mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
reproduksi.
Di alam
bebas perkutut sering memakan batu atau kerikil yang lembut untuk membantu
pencernakan. Dalam sangkar penangkaran fungsi batu atau kerikil lembut bisa
diganti batu bata. Pecahan batu bata berukuran setengah genggaman tangan bisa
diletakkan di dasar sangkar. Perkutut akan mematuki batu bata ini untuk
membantu pencernakan sekaligus memenuhi kebutuhan akan mineral. Sebelum
diberikan ke perkutut, batu bata harus dicuci bersih, lalu direbus atau
disangrai. Dengan cara ini perkutut akan terhindar dari serangan organisme yang
kemungkinan menempel pada batu bata.
B . Kebersihan Sangkar
Sangkar
yang bersih akan menghindarkan perkutut dari penyakit. Oleh karena itu,
kebersihan sangkar harus selalu diperhatikan. Setiap hari kotoran yang
tertampung harus dibuang. Penampungnya harus dibersihkan sebelum dikembalikan
ke sangkar. Pelepasan maupun pemasangan kembali penampung kotoran harus
dilakukan dengan pelan-pelan supaya perkutut tidak ketakutan.
Setelah
penampung kotoran bersih, jeruji pada dasar sangkar juga dibersihkan dari
kotoran yang menempel. Umumnya sangkar model sekarang jeruji pada sisi bawah
bisa dilepas seperti halnya penampung kotoran. Sangkar seperti ini mudah
dibersihkan dari kotoran tanpa mengganggu ketenangan perkutut yang ada di
dalamnya.
Sangkar
dibersihkan secara total ketika anak perkutut dipisah dari induknya. Sementara
sangkar dibersihkan, induk perkutut dipindah ke sangkar lain. Semua kotoran
yang menempel pada sangkar harus dibuang. Semua perlengkapan sangkar harus
bersih. Kalau perlu, gunakan FreshAves untuk melakukan penyemprotan
agar burung bebas kutu dan jamur. Setelah bersih, semua perlengkapan
dikembalikan ke tempat semula. Bahan sarang tidak bisa dipakai lagi untuk
bertelur. Bahan sarang harus diganti dengan yang baru untuk periode
perkembangbiakan berikutnya.
C . Mengontrol Atap dan Pelindung
Kontrol
terhadap atap sangkar juga harus dilakukan secara rutin. Jangan sampai ada atap
yang bocor, terutama pada musim bujan. Posisi pelindung sarang serta wadah
pakan dan wadah minum barus diperhatikan. Jangan sampai posisinya bergeser
hingga memungkinkan sinar matahari atau air hujan masuk ke tempat-tempat
tersebut.
D . Mengontrol Telur
Perkutut
betina biasanya bertelur satu hingga dua minggu setelah kawin. Setiap periode
perkembangbiakan seekor perkutut umumnya menghasilkan dua butir telur. Dua
butir telur ini dikeluarkan berurutan selama dua hari. Meskipun demikian,
kadang-kadang seekor perkutut hanya bertelur satu butir. Telur perkutut dierami
selama 14-16 hari.
Sebaiknya
tanggal keluarnya telur dicatat. Pencatatan diperlukan untuk mengetahui kapan
telur menetas. Jika dalam waktu 14— 16 hari belum menetas, jangan terburu-buru
telur tersebut diambil. Barangkali telur tersebut memang belum saatnya menetas.
Telur baru bisa diambil, untuk dibuang, setelah melewati masa pengeraman selama
seminggu. Pengambilan telur yang sudah saatnya menetas, tetapi belum juga
menetas diperlukan supaya induk perkutut tidak terus mengerami telur yang
nyata-nyata tidak mau menetas. Selain telur, bahan sarang juga perlu diambil.
Kadang-kadang
ada perkutut jantan yang berusaha mengawini perkutut betina yang sedang
mengerami telur. Keinginan perkutut jantan ini sering menyebabkan perkutut
betina berlarian menghindarinya. Hal seperti ini tentu sangat mengganggu proses
pengeraman telur. Perkutut jantan yang berperilaku seperti ini sebaiknya
dipisah dari betinanya. Perkutut betina dibiarkan mengerami telur tanpa
pejantan.
E . Memelihara Anak Perkutut
Apabila
telur yang dierami telah menetas, perkutut betina menjadi tidak terlalu liar.
Perkutut betina menjadi lebih sering berada di sarang sarang untuk melindungi
anaknya. Setiap ada yang mendekatinya lalu diancam dengan patukan.
Seminggu
setelah menetas, anak perkutut sudah tumbuh besar. Sebagian besar tubuhnya
sudah ditumbuhi bulu-bulu jarum. Pada umur ini, anak perkutut belum aktif
bergerak. Organ-organ geraknya, sayap dan kaki, masih terlihat sangat lemah.
Kakinya belum mampu mengangkat tubuh dan sayapnya belum bisa dikepak-kepakkan.
Pada umur
sekitar sepuluh hari, sebaiknya dilakukan pemasangan cincin pada kaki anak
perkutut. Pemasangan dilakukan dengan cara memasukkan cincin pada tiga jari
yang menghadap ke depan, lalu didorong ke belakang hingga melewati jari yang
menghadap ke belakang. Setelah melewati jari yang menghadap ke belakang berarti
cincin telah terpasang pada kaki perkutut. Jika pemasangan cincin terlambat,
cincin akan susah terpasang karena kaki anak perkutut sudah tumbuh besar dan
kaku.
Setelah
dipasangi cincin atau umur sepuluh hari, anak perkutut
bisa tetap dipercayakan ke induknya sendiri sepanjang
induknya tidak menelantarkan anak-anaknya
atau dititipkan ke puter untuk dibesarkan.
Dengan dititipkannya anak perkutut ke puter, induk perkutut dapat
segera bertelur lagi. Namun, jangan lupa untuk membuang bahan sarangnya dan
mengganti bahan sarang yang baru seminggu kemudian. Anak perkutut akan diasuh
oleh puter hingga mampu hidup sendiri.
Umur dua
minggu bulu-bulu jarum mulai mengembang dan anak perkutut mulai berusaha keluar
dari sarang. Pada umur ini, anak perkutut sering terlihat bertengger di
tenggeran. Gerakannya menjadi semakin aktif, terutama saat lapar. Kakinya mulai
bisa digunakan untuk melompat, sedangkan sayapnya mulai bisa dikepakkan.
Pada umur
tiga minggu, anak perkutut mulai sering mengepak-ngepakkan sayap. Bulu-bulunya
pun semakin sempurna menutup tubuh. Ketika lapar anak perkutut seumur ini akan
mengejar induknya untuk minta suap. Sarang semakin sering ditinggalkan.
Umur
empat minggu anak perkutut mulai bisa terbang meskipun belum sempurna. Selain
bisa terbang, anak perkutut juga mulai bisa makan sendiri. Anak perkutut yang
telah berumur empat minggu bisa dipisah dari induknya (disapih).
E . Menjaga Kesehatan Induk
Sangkar,
pakan, dan air minum yang selalu terjaga kebersihannya sebenarnya sudah bisa menghindarkan
perkutut dari serangan penyakit. Meskipun demikian, adakalanya perkutut masih
juga terserang penyakit. Cadangan dan mencret merupakan contoh penyakit yang
kadang-kadang menyerang perkutut.
1.
Cacingan
Perkutut
yang terserang cacing menampikkan gejala kurus dan ekor sering digerak-gerakkan
(seakan-akan berusaha membuang sesuatu dari kloaka). Kadang-kadang pada
kotorannya dijumpai cacing.
Cacing bisa dibasmi dengan
obat cacing untuk burung seperti AscariStop yang
terbukti bisa membasmi berbagai jenis cacing pengganggu burung. Obat ini
diberikan dengan cara diminumkan ke rongga mulut. Pemberian obat ini bisa
diulang satu minggu kemudian selanjutnya pemberian obat cacing diberikan setiap
sebulan sekali.
2.
Mencret
Kondisi
fisik kotoran bisa digunakan untuk mengetahui gangguan penyakit pencernaan.
Perkutut yang sehat mengeluarkan ko toran dengan kondisi padat lunak
(adakalanya keluarnya kotoran dibarengi dengan keluarnya cairan bening sehingga
berkesan seperti mencret, padahal tidak).
Mencret
merupakan gangguan pencernaan dengan tanda kotoran sangat lembek berwarna putih
atau hijau. Mencret biasanya diikuti dengan menurunnya vitalitas hidup:
perkutut terlihat lesu dan nafsu makan berkurang. Jika terlihat gejala seperti
ini, air minum perkutut bisa diberi obat BirdBlown.
Obat ini akan memulihkan kesehatan perkutut jika mencret yang dideritanya belum
parah.